BicaraIndonesia.id, Surabaya – Budaya Tuli, yang sebelumnya dikenal dengan istilah tunarungu dalam dunia medis, kini semakin dikenal luas dengan penulisan huruf kapital pada awal “T” sebagai identitas positif.
Istilah “Tuli” lebih dihargai dan diterima oleh komunitas ini, menggantikan makna negatif dari istilah tunarungu.
Dalam upaya untuk memahami lebih dalam budaya Tuli, Midtown Hotels Indonesia menyelenggarakan workshop khusus yang mengundang karyawan dari berbagai hotel di Surabaya, Senin 19 Agustus 2024.
Workshop ini bertujuan untuk memperluas wawasan para karyawan, mengingat kemungkinan adanya tamu Tuli di hotel mereka.
Sebanyak 20 peserta dari berbagai hotel di Surabaya, termasuk Midtown Hotel Surabaya, Midtown Residence Surabaya, Crown Prince Hotel Surabaya, dan Verwood Hotel & Serviced Residence Surabaya, ikut serta dalam kegiatan ini.
Para peserta terdiri dari tim resepsionis, pramusaji, tim Human Resources, kepala departemen restoran, hingga General Manager.
Mereka mengikuti kelas pengenalan budaya Tuli yang dipandu oleh tim TIBA (Tim Bisindo dan Aksesibilitas Surabaya) dan TATULI (Cerita Teman Tuli) Surabaya.
“Program pengenalan budaya Tuli dan bahasa isyarat ini diharapkan bisa menjadikan value lebih sebagai profesi pekerja bidang perhotelan yang dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan baik kepada semua tamu yang datang tanpa terkecuali, seperti tamu yang berkebutuhan khusus termasuk teman Tuli,” ujar Dony Manuarva, Corporate General Manager Midtown Hotels Indonesia dalam keterangan tertulis dikutip pada Selasa 20 Agustus 2024.
Dalam sesi materi, Wawan dari TIBA menjelaskan berbagai aspek budaya Tuli, termasuk cara berkomunikasi dengan Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) yang melibatkan ekspresi wajah, gestur, serta bahasa verbal melalui gerak bibir dan tulisan, baik menggunakan pena maupun gadget.
Sesi berikutnya dipandu oleh Kak Abhi dari Cerita Teman Tuli, di mana para peserta diajarkan bahasa isyarat abjad dari huruf A hingga Z. Kak Abhi dengan sabar membimbing peserta untuk menggerakkan jari mereka dalam membentuk huruf secara bergantian.
Selama sesi, peserta juga belajar memberi tepuk tangan dengan cara khas komunitas Tuli, yaitu dengan mengangkat tangan, membuka telapak tangan, dan menggoyangkannya. Tepuk tangan ini menandakan keberhasilan dalam komunikasi yang menyenangkan.
Dengan bantuan Alya, seorang penerjemah bahasa isyarat yang juga mahasiswa di Surabaya, komunikasi antara peserta teman dengar dan teman Tuli berlangsung lancar.
“Mari berkomunikasi dua arah, bukan hanya teman Tuli saja yang berusaha untuk mengerti, namun kita sebagai teman dengar juga harus mampu beradaptasi dengan budaya teman Tuli,” ujar Kus Andi, Corporate Public Relations Midtown Hotels Indonesia kepada semua peserta yang hadir.
Workshop ini ditutup dengan permainan interaktif, di mana 10 orang peserta berdiri berjajar untuk menyampaikan pesan rahasia menggunakan bahasa isyarat secara bergantian. Permainan ini menjadi momen yang penuh keakraban dan kebersamaan.
“Ini pengalaman luar biasa. Sebagai resepsionis, saya sering bertemu tamu Tuli dan sebelumnya kami hanya berkomunikasi melalui tulisan. Dengan pengetahuan baru ini, saya berharap bisa membuat tamu Tuli merasa lebih nyaman,” ujar Fitri, resepsionis di Midtown Residence Surabaya, menceritakan kesannya. (*/An/C1)