BicaraIndonesia.id, Jakarta – Pemerintah Indonesia meluncurkan dokumen Indonesian Biodiversity Strategy & Action Plan (IBSAP) 2025-2045. Dokumen ini berfungsi sebagai panduan strategis dalam pengelolaan keanekaragaman hayati (kehati), dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun non-pemerintah.
Acara peluncuran tersebut akan diselenggarakan di Istana Wakil Presiden Republik Indonesia, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta pada Kamis, 8 Agustus 2024.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko menuturkan, IBSAP bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan berkelanjutan, memperkuat tata kelola keanekaragaman hayati melalui pengayaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Juga peningkatan kapasitas sumber daya manusia, penguatan finansial, penguatan regulasi dan penegakan hukum.
“Optimalisasi pengelolaan kehati memerlukan komitmen berkelanjutan dari berbagai pihak, melalui konsistensi dan sinergitas program. BRIN telah menghasilkan data yang mendukung integrasi keanekaragaman hayati dalam kebijakan nasional,” kata Handoko dalam siaran persnya di Jakarta dikutip pada Rabu 7 Agustus 2024.
“Oleh karena itu, penguatan kapasitas individu dan institusi sangat diperlukan, termasuk pendekatan inklusif yang melibatkan masyarakat adat dan lokal untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas,” imbuhnya.
Handoko juga menerangkan bahwa BRIN telah memiliki sarana infrastruktur riset dan inovasi berkelas dunia. Dengan begitu, hasil-hasil riset dalam mengoptimalkan keanekaragaman hayati diharapkan dapat berdampak signifikan dan menjadi pendorong ekonomi Indonesia.
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN, Andes Hamuraby Rozak menyatakan, pengembangan ekonomi berkelanjutan dapat dilakukan melalui pemanfaatan potensi bioprospeksi di berbagai ekosistem Indonesia, mulai dari laut dalam sampai pegunungan.
Potensi tersebut, dapat dikembangkan menjadi produk obat-obatan, energi, dan bahan pangan yang berkelanjutan.
Selain itu, Andes juga menjelaskan bahwa BRIN memiliki beberapa fokus riset yang dimanfaatkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan kehati.
Salah satunya pada bidang bioteknologi, seperti pengembangan teknologi berbasis sel tanaman dan mikroorganisme menjadi inovasi yang dapat meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Plt. Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Taufiq Purna Nugraha mengungkapkan, riset-riset konservasi dan restorasi ekosistem juga diarahkan untuk mendukung pembuatan kebijakan yang lebih efektif dalam melindungi spesies-spesies endemik, terancam punah, dan ekosistem bernilai tinggi.
“Selanjutnya untuk lebih memperkaya hasil riset BRIN juga menjalin kolaborasi internasional dan terlibat aktif dalam proyek-proyek global yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati, mulai dari pengungkapan hingga ke pemanfaatan berkelanjutan,” ujar Taufiq.
Menurut dia, proses penyusunan dokumen IBSAP akan terus diperbaharui dan dievaluasi rutin setiap lima tahun sekali, selama 20 tahun periode IBSAP 2025-2045.
Tidak hanya itu, IBSAP juga akan dilengkapi glosarium yang memuat terminologi spesifik, mengacu pada kondisi Indonesia dan peraturan perundangan yang berlaku.
Selain acara peluncuran dokumen IBSAP 2025-2045 oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, selanjutnya akan diadakan kegiatan diskusi lebih lanjut mengenai IBSAP 2025-2045 yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang berlangsung di Fairmont, Jakarta. ***
Editorial: B1
Source: BRIN