BicaraIndonesia.id, Israel – Evgeny Freder, seorang pria Israel berusia 50 tahun, tewas dalam serangan drone atau pesawat nirawak (UAV) Houthi di Tel Aviv, pada Jumat dinihari, 19 Juli 2024.
Tentara Israel (IDF) mengatakan bahwa drone tersebut teridentifikasi tetapi tidak diintersepsi, menambahkan bahwa sirene tidak diaktifkan karena kesalahan manusia.
Kantor berita Haaretz melaporkan, jika serangan ini mengakibatkan delapan orang terluka dalam peristiwa yang terjadi sekitar pukul 3 pagi di barat daya Tel Aviv.
Para korban luka dibawa ke Pusat Medis Ichilov di Tel Aviv dan Pusat Medis Wolfson di Holon. Lima dari korban luka telah dipulangkan pada Jumat pagi.
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone tersebut. Ia menyatakan bahwa kelompok ini akan mengungkapkan lebih banyak detail tentang operasi militer yang menargetkan Tel Aviv.
Menurut laporan dari kantor berita Saudi, Al Arabiya, pasukan AS berhasil mengintersepsi sebuah rudal balistik dan tiga drone yang diluncurkan oleh Houthi, sementara drone keempat meledak di Tel Aviv.
Juru bicara IDF, Daniel Hagari mengatakan pada Jumat (19/7/2024) bahwa militer mencurigai bahwa drone tersebut adalah versi yang ditingkatkan dari model Iran “Samad 3”, kemungkinan diluncurkan dari Yaman.
Dalam pernyataannya, Hagari mencatat bahwa selain drone yang menghantam Tel Aviv, Angkatan Udara Israel berhasil mengintersepsi drone lain yang mencoba masuk ke Israel dari timur, menjatuhkannya di luar perbatasan negara.
“Kami sedang menyelidiki insiden ini dan mencoba memahami mengapa drone tersebut tidak diidentifikasi sebagai ancaman dan diintersepsi sebelum menghantam (Tel Aviv),” kata Hagari dikutip dari kantor berita Hareetz Minggu 21 Juli 2024.
Hagari mencatat bahwa ancaman drone di Israel utara merupakan ancaman eksistensial yang lebih signifikan daripada upaya Houthi untuk meluncurkan pesawat ke Israel.
Dia menambahkan bahwa dalam beberapa hari mendatang, penilaian situasi akan dilakukan untuk memahami rangkaian peristiwa yang menyebabkan serangan drone dan menentukan tanggapan militer, baik dalam pertahanan maupun serangan.
Dalam pernyataannya, Hagari membantah laporan bahwa drone tidak diintersepsi karena keliru diidentifikasi sebagai milik negara sahabat. Menurutnya, serangan itu terjadi akibat malfungsi.
Komandan Distrik Kepolisian Tel Aviv, Peretz Amar mengatakan bahwa dia yakin drone tersebut meledak di udara. Dan ledakan tersebut terdengar di beberapa kota di Israel tengah.
“Puig-puing tersebar dalam diameter yang relatif besar. Kami memiliki kesaksian yang mengatakan bahwa orang-orang melihat benda merah di langit, yang menjelaskan mengapa ledakan tidak terjadi di sebuah bangunan atau ketika (drone) menghantam tanah,” ujar dia.
Roey Klein, seorang paramedis yang pertama tiba di lokasi mengatakan kepada Haaretz bahwa pria yang meninggal ditemukan di tempat tidurnya di sebuah gedung terdekat. Pria itu menderita luka serpihan dan dinyatakan meninggal tidak lama kemudian.
Klein menambahkan bahwa dua dari korban luka berada di rumah mereka saat drone meledak, dan dua lainnya berada di jalanan. Layanan Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Israel juga melaporkan bahwa sebuah kendaraan terbakar selama insiden tersebut.
“Seluruh bangunan bergetar. Jendela tetangga saya pecah, jadi saya yakin ada sesuatu yang menghantam bangunan itu. Hanya ketika saya keluar, saya menyadari bahwa beberapa bangunan telah rusak,” kata Alon seorang penduduk setempat.
Wali Kota Tel Aviv, Israel, Ron Huldai mengatakan bahwa pemerintah kota berada dalam kewaspadaan tinggi” dan siap untuk perkembangan apa pun jika terjadi. (*/A1)