Bicaraindonesia.id, Albania – Konferensi Regional Eropa INTERPOL yang diselenggarakan pada tanggal 11-13 Juni 2024 di Kota Tirana, Albania, telah usai.
Konferensi ini menghasilkan momentum baru dalam pemberantasan kejahatan terorganisir transnasional dalam segala bentuk, tidak hanya di kawasan Eropa, tetapi juga secara global.
Pertemuan tersebut menjadi wadah diskusi mendalam mengenai tantangan yang dihadapi penegak hukum dalam menghadapi lanskap ancaman kejahatan yang semakin canggih dan beragam.
Wakil Presiden INTERPOL untuk Eropa, Peter De Buysscher menyatakan, meski Eropa merupakan wilayah teraktif INTERPOL, ancaman yang ditimbulkan oleh kejahatan terorganisir membuat berbagi informasi di tingkat regional dan global menjadi lebih penting dari sebelumnya.
“Kita harus bekerja untuk memastikan tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan,” kata Peter De Buysscher dalam keterangan resmi, dikutip pada Minggu 16 Juni 2024.
Sekretaris Jenderal INTERPOL Jürgen Stock mengatakan, bahwa kejahatan terorganisir menjadi semakin brutal dan kompleks. Tanpa peningkatan berbagi informasi dan kerja sama yang lebih erat, tidak ada satu negara pun di dunia yang bisa mengatasi tantangan ini sendirian.
“Diskusi dan keputusan dari konferensi ini menggarisbawahi komitmen penegak hukum untuk bekerja di tingkat regional dan global guna memerangi ancaman ini,” ujar dia.
Dengan semakin kritisnya kejahatan lingkungan hidup di kawasan Eropa akibat berkurangnya sumber daya alam dan perubahan iklim yang berdampak pada ketahanan pangan, mata pencaharian, dan habitat, para delegasi menyetujui rekomendasi untuk meningkatkan kegiatan operasional guna menanggulangi ancaman ini.
Peningkatan kerja sama lintas sektor penegak hukum terkait, seperti otoritas perikanan, satwa liar, dan keuangan, juga diakui sebagai hal yang penting untuk tindakan yang efektif.
Pemanfaatan dan berbagi data biometrik yang lebih baik melalui INTERPOL untuk mengidentifikasi pelaku kejahatan terorganisir transnasional juga disoroti sebagai elemen kunci dalam mengganggu jaringan ilegal.
Pusat Biometrik INTERPOL adalah sistem mutakhir untuk mengidentifikasi penjahat, yang memungkinkan penegak hukum untuk mengunggah sidik jari dan gambar pengenalan wajah untuk dibandingkan dengan basis data Organisasi guna mencari kecocokan potensial.
Selama konferensi, para delegasi juga mendapat pembaruan tentang hasil yang dicapai melalui basis data Eksploitasi Seksual Anak Internasional (ICSE) INTERPOL.
Menghubungkan spesialis identifikasi korban di seluruh dunia, basis data ICSE mendukung analisis dan perbandingan gambar, menghindari duplikasi upaya dan menghemat waktu yang berharga jika serangkaian gambar telah ditemukan atau diidentifikasi di tempat lain.
Sebagai informasi, konferensi yang berlangsung selama tiga hari pada 11 – 13 Juni 2024 ini mempertemukan sekitar 160 pemimpin senior kepolisian dari 54 negara di Eropa dan seluruh dunia. (Pr/A1)