Bicaraindonesia.id, Jenewa – Indonesia mendesak percepatan bantuan kesehatan untuk Gaza. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dalam pertemuan Khusus Executive Board WHO yang membahas situasi di Gaza di Jenewa, Swiss, pada Minggu, 10 Desember 2023.
“Situasi fasilitas kesehatan di Gaza sangat memprihatinkan. Dari 36 rumah sakit, hanya 13 yang masih beroperasi dan semuanya kelebihan kapasitas hingga 2-3 kali lipat,” terang Menlu Retno Marsudi dalam pernyataan resminya, seperti dikutip pada Selasa 12 Desember 2023.
Menlu RI menyebut, sekitar 71 persen fasilitas pelayanan kesehatan di Gaza tidak berfungsi. Pun demikian dengan perlengkapan medis, obat-obatan, makanan, air bersih, bensin hingga listrik semakin terbatas.
“Ratusan pekerja medis telah terbunuh semenjak Israel menyerang Gaza,” tegas Menlu Retno Marsudi.
Menlu RI menerangkan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, penyebaran penyakit menular semakin tinggi. Bahkan hampir 130 ribu kasus infeksi pernafasan akut. “Lebih dari 94 ribu kasus diare hingga lebih dari 2700 kasus chickenpox,” sebut Menlu.
Dalam pertemuan Khusus Executive Board WHO tersebut, Menlu Retno juga menyampaikan bahwa Gaza saat ini di bawah kepungan.
“Israel telah mengubah Gaza menjadi seperti neraka. Jumlah orang yang meninggal terus meningkat,” kata dia.
“Rumah Sakit mengalami gempuran hebat, termasuk RS Indonesia yang dipaksa berhenti beroperasi pada 16 November lalu,” sambungnya.
Tak hanya itu, Menlu RI juga menegaskan bahwa Perintah Israel Defence Force (IDF) agar suplai medis dipindahkan dari Khan Younis ke gudang yang lebih kecil di Rafah. Hal ini dinilainya merupakan pelanggaran berat hukum internasional dan hak asasi manusia.
“Saya juga menjelaskan bahwa Indonesia telah menjadi co-sponsor resolusi mengenai Kondisi Kesehatan di Daerah Pendudukan Palestina, termasuk Jerusalem Timur atau Resolution on Health Condition in the Occupied Palestine Territory, including East Jerusalem,” jelas dia.
Dalam pertemuan itu, Menlu Retno juga menyampaikan tiga hal penting yang harus dilakukan. Pertama, pentingnya mempercepat bantuan kesehatan untuk Gaza.
Karenanya, Indonesia mendesak Israel untuk menghormati hak atas kesehatan dan akses masyarakat Gaza terhadap fasilitas kesehatan.
“Indonesia telah mengirimkan 4 sortie bantuan kemanusiaan. Indonesia juga akan mengirimkan kapal rumah sakit ke Gaza guna membantu masyarakat yang terluka dan sakit,” tegas Menlu RI.
Kedua, Menlu RI menyebut, pentingnya perlindungan terhadap seluruh pekerja dan fasilitas medis. Hukum Humaniter Internasional harus dihormati dan ditegakkan.
“Indonesia mendesak adanya akuntabilitas dan keadilan atas seluruh serangan terhadap pekerja dan fasilitas medis di Gaza,” pintanya.
Ketiga, lanjut Menlu RI, pentingnya peningkatan mobilisasi dukungan untuk WHO. Dukungan ini sangat diperlukan bagi beroperasinya program-program WHO dan UNRWA di Gaza.
“Indonesia juga mendukung WHO untuk melakukan donors conference guna dapat membiayai dan membangun kembali sistem kesehatan Palestina,” ujar dia.
Dalam pertemuan itu, Menlu Retno juga menyampaikan kekecewaan Indonesia terhadap Dewan Keamanan PBB yang dinilai gagal mensahkan resolusi humanitarian ceasefire yang akan dapat mengurangi penderitaan masyarakat Gaza.
“Upaya harus terus dilakukan guna memperbaiki situasi Gaza. Kita tidak boleh menyerah. Never give up (jangan pernah menyerah),” tandasnya.
Sebagai informasi, Executive Board adalah organ eksekutif WHO di bawah World Health Assembly yang beranggotakan 34 negara. Indonesia terakhir menjadi anggota Executive Board WHO pada 2018 – 2021.
Pertemuan kali ini tidak hanya dihadiri oleh anggota Executive Board. Namun juga negara non-anggota yang memiliki kepedulian terhadap isu, yaitu situasi di Gaza. ***
Editorial: A1
Source: Kemlu RI