Bicaraindonesia.id, Jakarta – Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) harus tetap memegang kendali dalam menghadapi tantangan geopolitik.
Konsep sentralitas ASEAN, sebagaimana yang dinyatakan dalam ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, menekankan ASEAN harus menjadi platform regional yang dominan untuk mengatasi tantangan bersama, dan terlibat dengan kekuatan eksternal.
Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi, melalui keterangan tertulisnya, dalam pembukaan sesi pengkajian Pertemuan ke-56 Menlu ASEAN (AMM) di Jakarta, Rabu (12/7/2023)
“ASEAN harus tetap berada di kursi kemudi dalam menavigasi tantangan geopolitik saat ini dan masa depan, termasuk melalui KTT Asia Timur dan Forum Regional ASEAN,” kata Retno, seperti dikutip melalui laman Infopublik pada Kamis (13/7/2023).
Menurut Retno, penguatan sentralitas ASEAN merupakan kondisi yang tidak dapat ditawar lagi agar ASEAN tetap mempertahankan identitas sebagai penjaga stabilitas dan perdamaian bagi negara-negara anggotanya dan kawasan Indo-Pasifik.
Retno mengatakan, Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur (EAS) dan Forum Regional ASEAN (ARF) merupakan platform inklusif yang sangat penting di mana semua pihak di kawasan duduk bersama dan saling berbicara.
“ASEAN percaya dengan inklusivitas, ASEAN percaya dengan dialog, dan ASEAN percaya dengan kolaborasi yang saling menguntungkan,” ujar Retno.
Mengenai ARF, Retno mengatakan sudah waktunya mulai berfokus pada diplomasi preventif sambil mempertahankan langkah-langkah yang membangun kepercayaan.
ARF adalah forum yang dibentuk oleh ASEAN pada tahun 1994 sebagai wadah dialog dan konsultasi mengenai hal yang berkaitan dengan politik dan keamanan di kawasan.
ARF merupakan satu-satunya forum di tingkat pemerintahan yang dihadiri negara kuat di kawasan Asia Pasifik dan kawasan lainnya seperti Amerika Serikat, China, Jepang, Rusia, dan Uni Eropa.
Rangkaian Pertemuan ke-56 Menteri Luar Negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (AMM) diselenggarakan di Jakarta, 10-14 Juli 2023.
Agenda tersebut terdiri atas total 18 pertemuan, yaitu pertemuan untuk membahas Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ), pertemuan dengan Komisi Antarpemerintah ASEAN untuk HAM (AICHR), AMM dalam format sidang paripurna (plenary), dan sesi pengkajian (retreat).
Kemudian, pertemuan dengan New Zealand, Rusia, China, Australia, Jepang, Korea, Uni Eropa, UK, Kanada, AS, ASEAN Plus Three (APT), EAS, dan ARF. ***
Editor: B1
Source: Infopublik