Jerman, Bicaraindonesia.id – Upaya penguatan kerja sama bilateral terus dilakukan Indonesia untuk mendorong perekonomian nasional. Di sela-sela perhelatan Hannover Messe 2023, Indonesia melakukan pertemuan bilateral dengan Jerman dengan diterima oleh Kanselir Olaf Scholz.
Pertemuan tersebut membahas antara lain terkait joint investasi dan kerja sama ekonomi yang ditandatangani oleh Kementerian Perekonomian dan Lingkungan Hidup Jerman dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.
Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo terkait pentingnya mewujudkan hubungan ekonomi yang setara antara Indonesia – Jerman dan Indonesia – Uni Eropa, dibutuhkan pembenahan regulasi Uni Eropa yang menghambat kesetaraan.
Terkait pembenahan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pentingnya percepatan penyelesaian perundingan Indonesia – European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
“Tadi komitmen dari Kanselir Scholz juga mendorong bahwa dari Jerman akan memfasilitasi agar pembahasan IEU-CEPA ini bisa dipercepat. Memang ada beberapa isu antara Indonesia dan EU, namun Jerman melihat bahwa pendekatan yang harus kita lakukan juga pendekatan yang sifatnya pragmatis. Sehingga dengan demikian kita berharap bahwa perjanjian IEU-CEPA bisa dipercepat,” kata Menko Airlangga saat memberikan keterangan pers di Hannover, Jerman, sebagaimana dikutip pada Rabu (19/04/2023).
Dalam keterangan pers tersebut, Menko Airlangga menyampaikan arahan Presiden Joko Widodo bahwa Jerman dapat menjadi platform untuk kerja sama ekonomi di Eropa.
“Kanselir tadi juga menyampaikan bahwa dengan Indonesia menjadi partner country daripada Hannover Messe maka dari segi teknologi dan kerja sama itu sudah mempunyai beberapa kesamaan dan juga rencana jangka panjang ke depan,” terang Menko Airlangga.
Terkait investasi, Indonesia menyambut baik pembentukan komite bersama ekonomi dan investasi Indonesia – Jerman. Investasi Jerman di Indonesia perlu difokuskan pada sektor prioritas seperti industri yang berorientasi ekspor, energi terbarukan, dan hilirisasi. Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga menyebutkan adanya kerjasama baru yang sudah ditandatangani sebesar US$1.98 miliar.
Beberapa hal lain juga disampaikan dalam pertemuan tersebut, di antaranya terkait fokus Indonesia pada ekosistem industri EV terutama beberapa komoditas mineral strategis yang mempunyai potensi untuk investasi yakni terdiri dari 21 komoditas yang bisa mencapai nilai sebesar USD545.3 miliar.
Selain itu juga disampaikan bahwa deforestasi Indonesia sudah menjadi yang terendah selama 20 tahun terakhir. Dimana 23 ribu hektar Kawasan Industri Hijau telah dibangun, serta mendorong penghentian penggunaan pembangkit listrik berbasis batubara agar dapat diwujudkan dalam waktu yang lebih cepat.
Terkait dengan peran dalam transisi energi di Indonesia, Jerman berkomitmen untuk mendorong Just Energy Transition Partnership (JETPI), mengingat JETPI diinisiasi oleh G7 dengan komitmen sebesar USD20 milyar dari negara-negara G7.
“Nah, tentunya Jerman juga menjadi bagian dari itu, yang berkomitmen investasi lebih dari USD1 miliar. Dan tentu realisasinya kita berharap bahwa ini bisa dilaksanakan dalam waktu yang tidak terlalu lama,” ujar Menko Airlangga.
Menutup keterangan persnya, Menko Airlangga menyampaikan bahwa Indonesia akan menunjukkan beberapa potensi industri dalam negeri yang hadir dalam perhelatan Hannover Messe 2023.
“Tadi yang diangkat oleh Kanselir Scholz terkait dengan pabrik pupuk, karena Jerman ini tidak punya pabrik pupuk. Jadi mungkin menjadi menarik kalau mereka melihat kemajuan Indonesia di industri pupuk. Sedangkan mereka akan menunjukkan beberapa teknologi yang terkait dengan Industri 4.0, robotic, kemudian juga energi terbarukan,” pungkas Menko Airlangga. ***
Editorial: B1