Bicaraindonesia.id, Jakarta – Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenbud RI) menggelar acara bertajuk “Kenduri Budaya Pangan Lokal Nusantara” di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, pada 1-19 Oktober 2025.
Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menegaskan bahwa pangan bukan sekadar kebutuhan hidup, tetapi juga warisan budaya dan simbol jati diri bangsa.
Mengusung tema “Menabur Benih, Menuai Kehidupan”, kegiatan yang berlangsung selama sepekan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Pangan Internasional yang jatuh pada 16 Oktober 2025.
Acara ini juga menjadi bagian dari Gerakan Pangan Lokal Nusantara, sebuah inisiatif nasional yang bertujuan menghidupkan kembali nilai-nilai kearifan lokal dan keberagaman pangan tradisional Indonesia.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, menegaskan bahwa pangan lokal memiliki makna lebih dari sekadar sumber energi.
“Pangan lokal kita adalah warisan budaya yang merupakan cermin identitas, tradisi, kearifan lokal, dan jati diri bangsa. Setiap daerah punya sistem budaya pangan lokal yang terbentuk dari interaksi panjang antara manusia, alam, dan kepercayaan dari leluhur,” kata Fadli Zon dalam siaran pers di Jakarta, Minggu (19/10/2025).
Filosofi kenduri yang diangkat dalam kegiatan ini menggambarkan tradisi makan bersama sebagai bentuk rasa syukur dan simbol persaudaraan di berbagai daerah.
Fadli menilai, semangat tersebut menjadi wujud nyata kekuatan budaya yang mampu mempererat kebersamaan dan menjaga kelestarian pangan lokal.
Menurutnya, pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menempatkan isu pangan sebagai prioritas pembangunan nasional.
“Swasembada pangan, swasembada energi, hilirisasi, dan Makan Bergizi Gratis merupakan bagian penting dari program pemerintah untuk mewujudkan SDM unggul menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Fadli menambahkan, Gerakan Pangan Lokal Nusantara yang diinisiasi Kemenbud merupakan bentuk dukungan konkret terhadap program nasional tersebut.
Gerakan ini juga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan Zero Hunger, Good Health and Wellbeing, Gender Equality, dan Responsible Consumption and Production.
“Budaya pangan lokal merupakan komponen esensial dari identitas bangsa. Dengan melestarikannya, kita tidak hanya mempertahankan warisan leluhur, tetapi juga memperkuat kedaulatan dan ketahanan pangan nasional di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan ketergantungan impor,” tegasnya.
Sementara itu, Kurator Kenduri Budaya Pangan Lokal Nusantara, Meilati Batubara, menjelaskan bahwa kegiatan ini menghadirkan berbagai program menarik seperti pameran, lokakarya, pasar rakyat, dan diskusi kebudayaan yang melibatkan masyarakat adat dari berbagai daerah.
“Bagian paling penting dari kenduri ini adalah kehadiran masyarakat adat di Jakarta. Selama beberapa hari ke depan, mereka akan mendapatkan pembekalan tentang tata kelola dan pelestarian budaya pangan di daerah masing-masing,” ujarnya.
Meilati menambahkan, acara ini bukan sekadar selebrasi kekayaan kuliner Indonesia, melainkan juga ruang edukasi dan transfer pengetahuan bagi masyarakat adat untuk menjaga serta mengembangkan budaya pangan di wilayah mereka. (*/Pr/B1)