Bicaraindonesia.id – Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung (ITB), Windy Gambetta memaparkan mengenai pengaplikasian teknologi Artificial Intelligence (AI) pada smart city. Khususnya terhadap wacana smart city yang akan diterapkan di Indonesia.
Sebagai Ketua Tim Pengembang Standardisasi Kompetensi Kerja Indonesia (SKKNI) bidang Artificial Intelligence/Data Science dan Software Development, Windy menjelaskan, smart city adalah kawasan yang mengelola berbagai sumber daya secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan berbagai tantangan menggunakan solusi inovatif, terintegrasi, dan berkelanjuta.
Selain itu, Smart city juga berperan untuk menyediakan infrastruktur dan memberikan layanan-layanan untuk meningkatkan kualitas hidup warganya.
Menurutnya, terdapat tiga prasyarat kesiapan pembangunan smart city dan framework yang digunakan untuk mentransformasi sebuah kota atau daerah menjadi smart city. Yakni, enabler (nature sebagai resource, ekosistem, dan life), driver (struktur, infrastruktur, dan superstruktur), dan mediator (kultur, interaksi, dan inovasi). Peran AI pada pilar tersebut adalah sebagai teknologi penopang infrastruktur smart city.
“Contoh dalam pengaplikasian, misalnya smart governance berupa sistem e-gov, smart branding untuk sistem informasi marketing, smart economy untuk sistem e-commerce, smart living untuk sistem pengaturan transportasi (scheduling), smart society untuk sistem terkait pembelajaran dan security, serta smart environment sebagai sistem pendukung waste management,” kata Windy.
Namun, kata Windy, AI juga memiliki dampak risiko seperti keamanan privasi pengguna dan membuat polarisasi kepada pengguna karena mereka hanya disajikan sesuatu yang mereka inginkan secara terus-menerus.
Oleh karena itu, Windy berpesan bahwa setiap hal memiliki resiko yang harus dipelajari supaya kelak kita dapat memanfaatkan potensi dan mengerti akan dampak negatifnya.
“Seperti pisau yang memiliki bermacam-macam jenis dan kegunaan serta memiliki risiko yang akan berdampak kepada penggunanya, misalnya terluka, demikian halnya dengan teknologi yang juga memiliki kegunaan dan risiko tersendiri, tergantung kita sebagai manusia untuk menggunakannya secara tepat,” tutupnya.
Source: Humas ITB
Editorial: B1