Surabaya, Bicaraindonesia.id – Tradisi gotong-royong masih dipelihara oleh warga Medayu Utara, Kelurahan Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya. Kebersamaan ini terlihat sejak awal proses pembangunan Masjid Al-Mubarok.
Masjid yang berdiri di Jalan Medayu Utara Gang VIII E No 43-45 Surabaya tersebut, pembangunan fisiknya mencapai sekitar 60 persen. Saat ini panitia dan takmir di sana, fokus pada pembangunan atap dan kubah masjid.
Namun pembangunan atap dan kubah masjid ini terkendala dengan biaya. Sebab, setelah dihitung, biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun atap dan kubah masjid mencapai sekitar Rp125 juta.
“Karena di masjid panitia mboten enten (tidak ada) dana sampai sekarang, maka untuk mengejar Idul Adha kami sepakat pembuatan atap dan kubah masjid itu dengan menggadaikan BPKB mobil,” kata Ketua Penanggung Jawab Pembangunan Masjid Al-Mubarok, H Mochammad Ali kepada awak media, seperti dilansir pada Rabu (31/5/2023).
Abah Ali – panggilan lekat Mochammad Ali mengungkapkan, BPKB mobil yang digadaikan merupakan milik panitia atau takmir Masjid Al-Mubarok. “Jadi milik panitia, yang punya secara sukarela digadaikan. Termasuk BPKB mobil kulo (saya) juga digadaikan,” tuturnya.
Sedangkan untuk biaya cicilan pembayaran gadai BPKB tersebut, per bulannya akan ditanggung panitia pembangunan masjid yang terdiri sekitar 15 orang. Mereka sepakat membayar biaya cicilan BPKB secara swadaya sesuai kemampuan.
“Misalnya kita ambil (gadai) Rp75 juta, katakanlah bayarnya per bulan Rp3 juta, ya nanti gotong-royong yang bayar panitia, dari Rp3 juta itu ditanggung panitia. Karena kalau tidak seperti itu, akhirnya masjid tidak segera berdiri,” ujar Abah Ali.
Meski begitu, Abah Ali mengakui jika uang hasil gadai BPKB mobil masih kurang untuk menutup biaya pembangunan atap dan kubah masjid. Namun pihaknya mengaku tak akan menyerah dan tetap semangat untuk mencari alternatif lain.
“Kita tetap semangat untuk mencari. Kalau misalkan kurang, ya nanti kita kumpulkan BPKB lagi. Misalnya kurang Rp25 juta, ada BPKB sepeda motor (panitia), itu kita kumpulkan, kita gadaikan lagi. Jadi gadai BPKB mobil dan motor ini atas kesadaran panitia,” kata dia.
Abah Ali mengaku juga memiliki teori untuk menutup biaya cicilan gadai BPKB mobil untuk pembangunan atap dan kubah masjid. Teori itu pun telah disampaikannya kepada panitia pembangunan Masjid Al-Mubarak dan sudah disepakati.
“Nanti kalau atap sudah ketutup, masjid kita buat Salat Jumat biar ada infaq. Nah, hasil infaq itu nanti yang kita buat bayar cicilan BPKB. Jadi kita punya manajemen seperti itu,” bebernya.
Karena menurutnya, saat ini Masjid Al-Mubarak hanya bisa digunakan warga untuk salat pada malam hari. Hal ini disebabkan karena atap dan kubah masjid yang belum terbangun. Oleh sebabnya, pembangunan atap masjid ini sangat penting agar bisa segera digunakan salat lima waktu sekaligus Salat Jumat.
“Jadi kita gunakan hanya malam hari karena belum ada atapnya. Nanti sebelum Idul Adha rencana atap dan kubah sudah tertutup, itu nanti kita gunakan salat lima waktu dan Salat Jumat. Nah, dari Jumatan itu ada kotak amal keliling, itulah nanti kita buat meneruskan bayar hutang kubah plus atap,” paparnya.
Dengan cara seperti itu, Abah Ali optimis pembangunan atap dan kubah Masjid Al-Mubarak bisa segera rampung. Walaupun di awal, modal yang dikumpulkan warga secara swadaya untuk membangun masjid hanya Rp1,8 juta.
“Awalnya cuma ada uang Rp1.800.000, itupun hasil rapat penentuan panitia plus nama masjid. Saat itu terkumpul Rp1.800.000, kita berangkat. Alhamdulilah sampai sekarang (pembangunan) masjid tetap berjalan,” ungkapnya.
Namun demikian, Abah Ali juga memiliki harapan besar ada ulur tangan pemerintah atau pejabat dalam proses pembangunan Masjid Al-Mubarak. Meski ia mengakui, bantuan dari pejabat itu kemungkinan datang sangat kecil sekali.
“Karena pengalaman kemarin itu sangat minim pejabat memperhatikan. Tapi kita Boneklah, filosofi Surabaya kita pegang, Bondo Nekat (Bonek), tapi untuk kebaikan dan kemaslahatan,” tutupnya. ***
Editorial: C1