BicaraIndonesia.id – Kecubung atau yang dikenal dengan nama ilmiah Datura Metel, mengandung alkaloid tropane seperti skopolamin, atropin, dan hiosiamin yang memiliki potensi untuk menghasilkan efek psikoaktif.
Zat-zat ini bekerja dengan cara mengganggu neurotransmiter di otak. Khususnya asetilkolin, yang bertanggung jawab untuk mengatur berbagai fungsi saraf.
Penggunaan kecubung dapat menyebabkan halusinasi yang sangat kuat dan pengalaman psikedelik. Halusinasi yang dialami pengguna kecubung sering kali bersifat visual dan auditoris, dan dapat mencakup penglihatan dan suara yang tidak ada di dunia nyata.
Pengalaman ini dapat berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari, tergantung pada dosis yang dikonsumsi dan metabolisme individu. Selain halusinasi, pengguna juga dapat mengalami disorientasi, kebingungan, dan amnesia atau kehilangan ingatan sementara.
Beberapa studi kasus menunjukkan bahwa efek halusinogen dari kecubung sangat tidak dapat diprediksi dan sering kali berbahaya. Misalnya, dalam sebuah laporan di jurnal medis, seorang individu yang menggunakan kecubung mengalami halusinasi visual yang intens dan perilaku agresif yang membahayakan dirinya dan orang lain.
Dalam kasus lain, seorang pengguna mengalami halusinasi kompleks yang melibatkan interaksi dengan makhluk imajiner dan kehilangan kontak dengan realitas selama beberapa hari.
Selain studi kasus, laporan pengalaman individu juga mengungkapkan berbagai jenis halusinasi yang dapat dialami oleh pengguna kecubung. Beberapa individu melaporkan pengalaman yang menyerupai mimpi buruk, dengan visi menakutkan dan perasaan ketakutan yang mendalam.
Secara keseluruhan, efek halusinogen dari kecubung dapat sangat bervariasi dan sulit diprediksi, membuatnya sangat berisiko untuk digunakan. Penting untuk diingat bahwa efek ini tidak hanya mempengaruhi pengguna secara mental tetapi juga dapat memiliki dampak fisik yang berbahaya, termasuk peningkatan detak jantung, suhu tubuh yang tinggi, dan bahkan kematian dalam kasus overdosis.
Kecubung tidak hanya dikenal karena efek psikoaktifnya yang kuat, tetapi juga karena potensi bahaya fisiologis yang dapat ditimbulkannya. Penggunaan kecubung dapat menyebabkan berbagai gejala fisik berbahaya yang harus diwaspadai.
Salah satu efek fisiologis yang paling umum adalah takikardia, yaitu peningkatan detak jantung yang signifikan. Kondisi ini dapat menyebabkan perasaan cemas yang ekstrem dan, dalam kasus yang parah, dapat mengancam jiwa.
Selain itu, pengguna kecubung sering melaporkan mengalami penglihatan kabur. Ini disebabkan oleh efek antikolinergik dari alkaloid dalam kecubung, yang mengganggu fungsi normal dari saraf parasimpatis. Penglihatan kabur dapat mengakibatkan disorientasi dan potensi bahaya jika pengguna berada dalam situasi yang memerlukan penglihatan yang jelas, seperti mengemudi.
Mulut kering juga merupakan gejala yang sering terjadi setelah mengonsumsi kecubung. Ini adalah hasil dari penurunan produksi air liur, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan signifikan dan kesulitan berbicara atau menelan.
Gangguan saluran pencernaan, termasuk mual, muntah, dan sembelit, juga sering dilaporkan. Efek ini dapat menambah beban fisik pada pengguna dan memperparah kondisi kesehatan mereka.
Kecubung juga memiliki dampak yang merugikan pada sistem kardiovaskular. Penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, hipertensi, dan komplikasi kardiovaskular lainnya. Efek ini disebabkan oleh stimulasi berlebihan pada sistem saraf simpatis, yang mengatur fungsi jantung dan pembuluh darah.
Penting untuk memahami bahwa efek fisiologis dari kecubung tidak hanya bersifat sementara. Penggunaan berulang atau dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang, termasuk gangguan pada organ vital dan sistem tubuh lainnya. Oleh karena itu, kesadaran akan risiko ini sangat penting untuk mencegah konsekuensi kesehatan yang serius.
Penggunaan kecubung, terutama dalam dosis yang tidak tepat, dapat berakibat fatal. Bahkan, laporan yang terbaru, dua orang warga di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), meninggal dunia usai mabuk kecubung.
Penyebab kematian akibat kecubung biasanya terkait dengan overdosis dan reaksi tubuh terhadap senyawa aktif dalam tanaman ini, seperti alkaloid tropan. Alkaloid ini dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat, memperlambat detak jantung, dan mengganggu fungsi pernapasan.
Selain itu, faktor-faktor lain seperti kondisi kesehatan individu, interaksi dengan obat-obatan lain, dan ketidaktahuan tentang dosis aman juga berkontribusi terhadap risiko kematian. (*)