Bicaraindonesia.id – Setelah sembilan tahun beroperasi di Turki, produk mie instan Indomie saat ini telah tersebar di 81 provinsi. Bahkan, produk mie instan Indomie dapat diperoleh di semua pasar ritel besar dan kecil di seluruh Turki, serta dijual secara daring.
Saat ini konsumen di Turki dapat membeli Indomie satu kardus atau bahkan satu truk secara daring. Terlebih, produk Indomie berhasil menguasai 90 persen pangsa pasar mie instan di Turki.
Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita mengungkapkan, melihat pangsa pasar itu, pemerintah akan mengajak pelaku usaha Indonesia untuk berinvestasi menanamkan modal dan mendirikan pabrik di Turki, seperti Indofood. Keuntungannya, bahan baku tetap diekspor dari Indonesia.
Selama ini, kata Mendag, bahan baku Indomie sedikitnya 45 persen disuplai dari Indonesia dengan nilai sekitar USD 20 juta per tahun. “Angka ini diharapkan meningkat menjadi dua kali lipat jika Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA) selesai,” katanya.
Keberadaan produk mie instan Indomie di Turki merupakan cerita keberhasilan yang patut diapresiasi dan ditiru oleh industri lainnya di Indonesia. Banyak tantangan yang dihadapi saat pertama memasuki pasar Turki. Perbedaan budaya menjadi tantangan tersendiri karena masyarakat Turki saat itu tidak mengenal dan tidak pernah memakan mie instan.
“Tantangan terberat yang kami hadapi adalah memperkenalkan mie instan yang belum pernah dikenal sebelumnya oleh masyarakat Turki. Sangat sulit meyakinkan konsumen Turki untuk mencoba menu baru yang berbeda dari budaya mereka. Memerlukan upaya cukup keras untuk memasukkan Indomie menjadi menu konsumsi mereka,” kata Chief Financial Officer (CFO) Adkoturk Yusuf Hermawan Achmad.
Menurut Yusuf, hambatan lain yang dihadapi Indomie dan produk makanan asing di Turki adalah kuatnya rasa nasionalis penduduk Turki, yang lebih cinta dengan produk dalam negerinya dibandingkan dengan impor. Sekitar 80 persen restoran di Turki adalah restoran lokal yang menjual makanan asli Turki.
Alasan inilah yang kemudian memutuskan Indomie untuk berinvestasi dan mendirikan pabriknya di Turki. Indomie mengawali perjalanannya di Turki sejak awal 2010 dengan mendirikan perusahaan Adkoturk Gida Sanayi, kerja sama antara Indonesia dan Turki.
Awalnya, Adkoturk menjadi distributor produk Indofood di kota kecil Adana yang mengimpor dan menjual produk Indomie. Tidak hanya sebagai distributor, Adkoturk aktif melakukan riset pasar dengan mencari tahu selera yang digemari konsumen dan bagaimana pemasarannya. Dari hasil riset, diketahui bahwa penjualan melalui jaringan ritel lebih dominan dari pada melalui pasar tradisional.
Sehingga pada pertengahan tahun 2011, Adkoturk membuka kantor cabang di Istanbul agar lebih dekat dengan kantor pusat jaringan ritel di Turki.
General Manager (GM) Indofood Turki Adkoturk, Wassim Brinjiki menyampaikan, promosi dan pemasaran kemudian gencar dilakukan untuk membangun kesadaran konsumen, hingga akhirnya kantor pusat dipindahkan ke Istanbul.
“Kerja keras dan strategi pemasaran yang tepat telah meningkatkan omzet penjualan Indomie di Turki. Penjualan Indomie tahun 2019 naik sepuluh kali lipat dibandingkan lima tahun sebelumnya. Indomie sekarang dapat ditemukan di 340 jejaring toko ritel yang ada di seluruh Turki,” kata Wassim.
Kapasitas produksi Indomie saat ini sebanyak 550 ribu karton per bulan, dengan penjualan mencapai 450 ribu karton Indomie bungkus dan 50 ribu karton Indomie kemasan cup per bulan. Dengan penambahan mesin baru, kapasitas produksi akan meningkat menjadi 1 juta karton per bulan.