Bicara Indonesia
  • Beranda
  • Bicara Nasional
    • Bicara Pemerintah
    • Bicara Politik
  • Bicara Hankam
  • Bicara Hukum
  • Bicara Edunesia
  • Bicara Ekonomi
  • Bicara Lifestyle
  • Indeks
Aa
Bicara Indonesia
Aa
  • Beranda
  • Bicara Nasional
  • Bicara Hankam
  • Bicara Hukum
  • Bicara Edunesia
  • Bicara Ekonomi
  • Bicara Lifestyle
  • Indeks
Search
  • Kategori
    • Bicara Global
    • Bicara Peristiwa
    • Bicara Kementerian
    • Bicara BUMN
    • Bicara Lembaga
    • Bicara Energi
    • Bicara Maritim
    • Bicara Transportasi
  • Kategori
    • Bicara Wisata
    • Bicara Komunitas
    • Bicara Olahraga
    • Bicara Misteri
    • Bicara Khazanah
    • Bicara Jatim
    • Bicara Jateng
    • Bicara Jabar
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Redaksi
  • Tentang
  • Kontak Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
Copyright 2022 - Bicaraindonesia.id

Pesona Kaki Seribu, Rumah Adat Suku Arfak

Redaksi Sabtu, 26 Oktober 2019
Share
SHARE

Bicaraindonesia.id – Rumah panggung pada umumnya mempunyai beberapa tiang pondasi untuk menopang badan bangunan. Namun, rumah panggung yang satu ini memiiki “kaki seribu”. Itulah rumah adat khas suku Arfak di Kabupaten Manokwari, Papua Barat.





Rumah “kaki seribu” dalam bahasa setempat disebut Mod Aki Aksa atau Igkojei. Namun, pada umumnya masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan “rumah kaki seribu.”





Mengapa disebut demikian, karena rumah ini memiliki banyak sekali tiang pondasi yang tersebar di seluruh bagian bawah rumah dan menjadi tumpuan utama bangunan. Karena keunikannya, rumah adat tersebut mendapat julukan “rumah kaki seribu.”





Mod aki aksa merupakan bentuk adaptasi orang Arfak terhadap lingkungan geografis, khususnya pegunungan Arfak. Pengunungan ini diketahui memiliki hutan lebat dengan arus sungai yang deras.





“Jadi bisa dibilang penyebaran suku Arfak di kawasan pegunungan tersebut turut memengaruhi model bangunan masyarakat setempat. Dan tanpa disadari terciptalah rumah kaki seribu ini,” kata Paulus Waterpauw, salah satu tokoh adat Suku Arfak.





Untuk dinding-dinding, rumah kaki seribu terbuat dari kulit pohon butska. Sementara atapnya terbuat dari daun pandan, sedangkan lantainya dari belahan nibung atau bambu yang ditutup dengan anyaman rotan sebagai alasnya.





Melalui celah-celah di lantai, udara segar bisa masuk ke dalam rumah itu. Sedangkan kolong rumah yang luas biasanya digunakan untuk menyimpan kayu bakar dan juga sebagai kandang ternak.





Ciri khas rumah kaki seribu adalah rumah ini hanya memiliki dua pintu, depan dan belakang serta tanpa jendela. Dalam satu rumah kaki seribu biasanya terdapat beberapa kamar. Kamar untuk wanita (meraja) dan kamar untuk pria (meiges) serta sebuah ruang dengan suatu tempat khusus untuk upacara dan pesta adat.





Luas rumah ini kurang lebih 8×6 meter dengan tinggi 4 hingga 5 meter. Selain digunakan untuk berlindung oleh suku Arfak, rumah kaki seribu juga sering digunakan untuk mendidik anak dan kegiatan pesta adat.





Tingginya rumah, banyaknya tiang pondasi, dan desain yang relatif tertutup ternyata dimaksudkan untuk menghindarkan penghuni rumah dari hewan buas dan udara dingin serta bencana alam seperti badai. Terlebih dari itu, kondisi masyarakat yang sering bertikai pun menjadi alasan bentuk rumah kaki seribu yang tampak tidak lazim ini.





“Maksudnya adalah agar mereka yang tinggal di rumah ini tetap aman dari ancaman musuh dengan pengawasan yang mudah karena rumah berada di tempat tinggi dan hanya memiliki 2 pintu sebagai akses masuk dan keluar,” jelas Paulus.





Seiring berkembanganya modernisasi dan adanya para transmigran dari provinsi lain yang banyak berdatangan ke daerah Papua Barat, saat ini rumah kaki seribu sudah jarang sekali ditemukan di kota-kota besar.





Masyarakat yang masih menggunakan rumah unik ini sebagai tempat tinggal adalah penduduk asli Arfak dan biasanya lokasinya pun berada jauh di pedalaman, terutama di bagian tengah sekitar pegunungan Arfak.





“Memang sulit menghindar dari modernisasi, namun tradisi rumah kaki seribu layak dan harus dilestarikan. Hal ini penting karena tardisi ini memiliki nilai-nilai positif kehidupan yang baik untuk dipelajari oleh generasi masa depan,” kata Paulus.


TAGGED: Papua Barat
Redaksi Sabtu, 26 Oktober 2019
Share this Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Email Print
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dirgahayu BIN

Bicara Terkini

Dok. Pembangunan PV Rooftop | dok/photo: Humas PT PJB
Dukung Pelaksanaan G20 di Bali, PT PJB Bangun PV Rooftop
S. Hadi Senin, 23 Mei 2022
Petugas saat melakukan pengecekan kelengkapan surat kendaraan bermotor | dok/photo: Ist
Antisipasi Motor Bodong, Satpolair Polres Sampang Gelar Operasi Rutin
S. Hadi Senin, 23 Mei 2022
Tim Sapuangin ITS yang berkompetisi dalam Autonomous Programming Competition 2022 | dok/photo: Humas ITS
Tim Antasena dan Sapuangin ITS Juarai Kompetisi Pemprograman Internasional
Admin Senin, 23 Mei 2022
Peluncuran Borobudur Marathon 2022 di Kantor Pusat Bank Jateng | dok/photo: Humas Prov Jateng
Borobudur Marathon 2022 Targetkan 5000 Orang Peserta
Editor Senin, 23 Mei 2022

Terpopuler

Ilustrasi Densus 88 Antiteror Polri | dok/photo: Divisi Humas Polri
Cegah Baiat Massal ISIS, Densus 88 Awasi Kegiatan Jaringan Teroris
Redaksi Rabu, 18 Mei 2022
Monumen Tugu Muda Semarang | dok/photo: Pemkot Semarang
Jateng Jadi Tuan Rumah Jambore Penyuluh Antikorupsi Nasional
Admin Rabu, 18 Mei 2022
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (tengah-batik) saat menjenguk korban kecelakaan di RS Citra Medika Mojokerto, Senin (16/5/2022) petang | dok/photo: Bicara Indonesia
Jenguk Korban Kecelakaan di RS, Eri Cahyadi Siapkan Langkah Taktis Penanganan
Admin Selasa, 17 Mei 2022
Upacara serah terima jabatan Panglima Divisi Infanteri 1 Kostrad | dok/photo: Penkostrad
Pangkostrad Pimpin Sertijab Pangdivif 1 Kostrad
Redaksi Rabu, 18 Mei 2022

Baca Berita Lainnya:

Kegiatan ini berlangsung di Rupat Pangkoarmada II, Selasa (17/05/2022) | dok/photo: Dispen Koarmada II
Bicara Hankam

Pangkoarmada II Terima Paparan Rencana Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah

Selasa, 17 Mei 2022
Pagelaran Pentas Seni dan Pameran Sastra Saraswati Sewana 2022 di Bali | dok/photo: Biro Komunikasi Kemenparekraf
Bicara Wisata

Momentum Kebangkitan Ekonomi Melalui Pelestarian Tradisi Kesenian Bali

Minggu, 15 Mei 2022
Warga Desa Binangun, Kota Banjar, Jawa Barat | Screenshot: Yt/ Dispenad
Bicara HankamBicara Sosbud

Kasad Canangkan Program TNI AD Manunggal Air

Minggu, 24 April 2022
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di wilayah Teluk Wondama, Papua Barat | dok/photo: PLN Unit Induk Papua dan Papua Barat
Bicara BUMN

Operasikan PLTS, PLN Listriki 5 Desa Terpencil Teluk Wondama

Senin, 18 April 2022

Copyright 2022 - Bicaraindonesia.id

  • Redaksi
  • Tentang
  • Kontak Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?